MEMBACA AL QURAN TANPA MAKNA
Alkisah, di sebuah desa yang masih alami, kala itu langit senja sedang menampakkan warna jingga denga indahnya. Seorang kakek sedang membaca sebuah Al Quran di depan teras rumah sederhananya, di sebuah kursi goyang yang biasa ia tempati untuk bersantai.
Tak jauh dari tempat duduknya si kakek, seorang bocah kecil, Adi, susu SI Kakek, sedang asyik dalam dunianya, ia sedang menggambar sebuah mobil di atas kertas gambarnya.
Melihat kakek nya membaca dengan khusuk, Adi yang baru berumur 7 tahun ini penasaran.
“Kek, kakek baca gituan emang ngerti artinya? “ Tanya si cucu yang tangannya masih sibuk menggambar.
Si kakek yang sedang membaca kitab, seketika itu menghentikan bacaannya, lalu menatap ke arah cucu kesayangannya tersebut.
“Membaca Al Quran ini, hati kita akan bersih, tidak harus mengerti artinya, karena kita tetap akan mendapatkan pahala. Yang memang mengerti artinya, itu jauh lebih baik.” jawab kakek nya dengan senyuman kasih sayang.
“Membaca tanpa mengerti artinya, Apa yang perlu dibersihkan dari hati kita?” tanya Adi lagi dengan penuh penasaran.
Si kakek tau, kalau ia menjelaskan dan memberi pemahaman, si cucu mungkin tidak akan paham. Dan kemudian si kakek memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“baik nak, sekarang coba kamu lihat keranjang yang berada di dekat rak itu, dan silahkan kamu mengambil air di sungai yang berada di belakang rumah, lalu kamu bawa air itu kemari, nanti akan kakek jelaskan maksud nya”
Si kakek menunjuk sebuah keranjang yang sangat kotor, karena bekas untuk mengambil kayu-kayu yang digunakan untuk perapian, di tambah lagi bagian bawah keranjang terlihat banyak lubang.
Tanpa banyak bertanya, kemudian Adi mengambil keranjang itu dan menuruti perintah si kakek.
Saat sampai di sungai belakang rumah, Adi kemudian mengambil air menggunakan keranjang sampai penuh dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Tetapi belum juga sampai depan pintu, air yang berada di keranjang itu tinggal sedikit, dan ketika ingin memberikan keranjang itu kepada si kakek, airnya sudah tidak ada.
“kenapa tidak ada airnya? Coba kamu ambil lagi!” perintah si kakek karena di dalam keranjang tidak ada air sama sekali.
Kemudian Adi kembali lagi ke sungai dan mengambil air dengan keranjang yang tadi dan kemudian akan diberikan kepada si kakek.
Tapi sampai di depan pintu, lagi-lagi airnya sudah habis duluan, kemudian ia kembali lagi ke sungai untuk mengambil air.
Sampai sekitar 5 kali lebih si cucu bolak-balik untuk mengambil air, tetapi tidak ada air yang berhasil sampai ke kakek.
Sampai akhirnya, si cucu kesal dan menuju ke arah kakek nya.
“Kek, keranjang ini nggak bakalan bisa terisi air dengan penuh, karena banyak lubang di bawahnya.” Lapor si cucu dengan nada yang kesal dan wajah murung.
Si kakek tersenyum.
“kakek tau keranjang itu tidak akan bisa terisi air karena banyak lubang di bawahnya” sambil mengusap rambut si cucu, si kakek melanjutkan.
“Tapi, apakah kamu tahu nak apa yang terjadi pada keranjang itu? Coba lihat keranjang yang kamu bawa tadi untuk mengambil air. Tadi keranjang itu sangatlah kotor, sangat dekil, tapi lihatlah sekarang, keranjang itu menjadi bersih, menjadi indah lagi, walau tidak bisa membawa air, tapi kamu sudah dapat membersihkannya tanpa sepengetahuanmu”.
Adi melihat ke arah keranjang tadi, dan mengiyakan perkataan kakek nya.
“Nak, Al-Qur’an juga seperti itu, tanpa kita harus mengerti artinya, dengan sering membacanya, hati kita akan bersih dengan sendirinya, kotoran yang menempel pada keranjang tadi ibarat dosa kita, dan kita membersihkannya dengan cara kita membaca Al-Qur’an” jelas si kakek dengan wajah yang bahagia.
Kemudian mereka melanjutkan pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat maghrib berjama’ah.