Rabu, 10 Februari 2010

Paijo Mencari Al Quran

DI MANA AL-QURAN?

Paijo, seorang remaja yg baru menginjak aqil baligh. Sementara Kakaknya, seorang yg sudah lama belajar di suatu pengajian, hingga sekarang menjadi guru ngaji, dan bagi masyarakat sekitarnya, dia adalah seorang Uztad, sering mengisi ceramah di berbagai berbagai forum pengajian.

Paijo : Kak, Al-Quran itu kapan sih turunya?
Kakak : 17 Romadlon. Kan tiap tanggal 17 Romadlon kita memperingati nuzulul Quran, artinya malam saat turunya Al-Quran.
Paijo : Di surat Al-Qodar, dikatakan kalau Al-Quran kan turun pada malam (lailat) Al-Qodar kan?
Kakak : Iya.
Paijo : Malam lailatul Qodar kan 10 malam terakhir bulan Romadlon. Paling cepat dari sepuluh malam terakhir bulan Romadlon kan berarti tgl 18-19. Tapi kenapa kok semua orang memperingati turunya Al-Quran justru pada tanggal 17?
Kakak : Iya ya.. aku malah baru sadar itu…. Baiknya kita ntar tanya bareng-bareng kepada ulama alim dik.



Paijo : Baik kak. Terus, Al-Quran diturunkan itu maksudnya gimana sih?
Kakak : Ya diturunkan dari langit ke bumi.
Paijo : Kayak meteor gitu ya kak?
Kakak : Ya nggak seperti itulah.
Paijo : Lah kayak gimana kak?
Kakak : Hmmm…. Gambaranya tempat asal Al-Quran adalah langit, tempat yang tinggi, mulia. Sedangkan manusia itu di bumi, rendah, hina.
Paijo : Katanya manusia itu makhluk yang paling mulia?
Kakak : Iya, tapi dibandingkan penghuni langit, yakni para malaikat, manusia itu hina.
Paijo : Tapi manusia kan tidak disuruh menjadi “kayak” malaikat kan Kak? Nabi Muhamad SAW sebagai Model Manusia Mulia bagi semua manusia, kan juga seorang manusia, yang juga di bumi, bukan sosok malaikat yang di langit sana.
Kakak : Iya sih. Tapi,….. ntar deh, saya malah jadi nggak nangkep maksudmu.

Paijo : Terus sekarang Al-Quran ada dimana kak?
Kakak : Itu di rak buku di dalam ada banyak.
Paijo : Itu kan mushaf Al-Quran Kak, bukan Al-Quran. (Mushaf = lembaran/buku secara fisik)
Kakak : Maksudmu gimana dik?
Paijo : Yang diturunkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad kan bukan mushaf Al-Quran kak. Tapi Al-Quran yang merupakan wahyu dari Allah, firman2 Allah. “Al-Quran yg itu”-lah yang harus kita imani, iya kan kak?
Kakak : Hmm… Kau benar juga dik. Memang benar bahwa mushaf Al-Quran itu bukanlah Al-Quran. Seperti halnya, foto Hasan bisa ada di mana-mana, tapi personal Hasan-nya sendiri, beda ceritanya. Foto Hasan hanyalah simbol atau image akan existensi seorang Hasan. Singkatnya Foto Hasan bukanlah Hasan. Demikian juga mushaf Al-Quran memang bukan Al-Quran.
Paijo : Lha terus Al-Quran-nya itu sendiri ada dimana kak?
Kakak : Ntar dik, aku malah jadi bingung juga ini.

Paijo : Apa Al-Quran berada di dalam dada/hati masing-masing kita, manusia (muslim)?
Kakak : Kalau itu jelas enggak Dik. “Keimanan” seseorang memang berada di dalam dada/hati manusia. Itu keimanan kita, tapi kalau Al-Quran jelas bukan berada di diri kita. Karena itu musykil.
Paijo : Jadi Al-Quran itu ghoib, ya kak?
Kakak : Hmmm… Kalau ghoib nggak juga dik. Al-Quran itu kan untuk manusia, jadi panduan hidup, dsb, maka tentu saja pazti bisa dicerna/dicaptured oleh kemampuan manusia. Masak Allah memberikan sesuatu kepada manusia berupa sesuatu yg tidak bisa dicerna manusia (ghoib), itu sama saja menganggap Allah nggak cerdas. Na’udzubillah min dzalik.

Paijo : Mungkin Al-Quran itu abstrak kali ya kak?
Kakak : Hmmm…. Kayaknya kita mendingan tanya bareng-bareng ke Ulama Alim aja dik.
Paijo : Iya kak.
Kakak : Ayo….

*Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu menggelorakan sebuah sikap kritis obyektif dan menjauhkan sikap taklit, membeo, dan mendorong gairah untuk belajar memperdalam ilmu (sesuai kapasitas masing-masing pribadi tentu saja). Kalau anda sudah mempunyai sikap kritis, obyektif dan mempunyai semangat belajar / memperdalam ilmu, maka tulisan ini -mungkin- memang bukan untuk anda.

**Image diambil dari http://jasacarirumah.wordpress.com/

1 komentar:

QQ galery mengatakan...

Kok bikin penasaran say,....